Anak dan Dunia Maya

Perkembangan teknologi menjadi hal yang tidak pernah basi untuk diperbincangkan. Alur perkembangan yang pesat mempengaruhi setiap aspek kehidupan manusia. Salah satunya  pola komunikasi, sumber informasi, dan sarana belajar pada Anak. Salah satu yang menjadi sorotan belakangan ini adalah ketergantungan anak kepada gadgetseperti laptop, handphone, maupun tablet.  Anak-anak merasa cemas dan gelisah bila jauh dari gadget mereka, menghabiskan banyak waktu untuk  bermain dengan alat elektroniknya dan berimbas kepada kemauan untuk bersosialisasi dengan lingkungan. Dampak lain  juga terlihat pada capaian akademis dan minat baca pada anak yang menurun.

Ketidakmampuan orangtua dalam mengontrol pemakaian gadget menjadi salah satu pemicu ketergantungan. Orangtua menganggap pemahaman anak mengenai gadget berkaitan dengan keahlian  yang sesuai dengan zaman. Orang tua nyaman jika anak tidak banyak berulah dan tenang dengan gadget-nya. Kebanyakan orangtua tidak menyadari ketenangan anak di dalam bermain mendatangkan bahaya yang sulit dideteksi. Bahaya tersebut meliputi konten dewasa, cyber bullying, perjudian, pencurian identitas, virus, dan kejahatan lain yang bersumber dari kegiatan anak di dunia maya.

Dua hal diatas merupakan gambaran yang sering terjadi dalam kasus ketergantungan anak kepada alat elektronik terutama handphone, maupun tablet. Pada diskusi rutin yang diadakan Forum Silahturahmi Muslimah UGM, Diana Setiyawati, Ph.D., menyatakan bahwa pada hakikatnya penggunaan teknologi itu tidak perlu dibatasi namun diawasi. Dalam pertemuan tersebut, dibahas cara orangtua mendidik anak dalam mengunakan teknologi gadget. Diantaranya adalah sebagai berikut :

  1. Memberi pemahaman pada anak bahwa peraturan di dunia maya sama dengan dunia nyata, misalnya saling menghormati dan menghargai pendapat orang lain.
  2. Menjelaskan tanggung jawab dan konsekuensi yang didapat ketika mengakses internet atau bermain games.
  3. Orangtua tetap menjadi kendali dalam pengunaan, baik berupa referensi tautan maupun hal-hal yang tidak dipahami oleh anak. Orangtua hadir sebagai pembimbing mengenai isi konten, permainan yang boleh dimainkan, serta waktu dan durasi anak bermain dengan gadget.
  4. Orangtua juga bisa meng-install aplikasi yang bermanfaat dan menarik untuk anak. Anak dibiasakan untuk mengakses aplikasi tersebut ketika memegang gadget.
  5. Berikan project-projectdengan gadget yang mereka miliki. Bisa dilakukan dengan memberikan buku “how to”.
  6. Orangtua menjaga keseimbangan dengan hal lain seperti mendampingi anak membaca atau melakukan interaksi sosial.
  7. Memberikan keteladanan dengan tidak terlalu sering melakukan hal yang tidak penting dengan gadget yang dimiliki.

Ada beberapa cara pendampingan teknis yang dapat dilakukan orangtua bila anak terbiasa melakukan kegiatan dengan gadget yang dimiliki anak. Di antaranya adalah :

  1. Jelaskan dan buat perjanjian bahwa bila ada yang membuat anak risau atau takut segera ceritakan kepada orangtua. Misal apabila mendapatkan rayuan, kata negatif, atau makian.
  2. Jelaskan kepada anak mengenai pentingnya kerahasiaan infomasi personal.
  3. Berikan tanda pada website yang bermanfaat dan menarik anak sehingga anak mudah mengaksesnya.
  4. Anak diajarkan untuk tidak merespon pesan negatif yang disampaikan oleh orang lain.
  5. Install dan update antivirus
  6. Tempatkan komputer di ruang keluarga
  7. Jika anak berubah perilakunya, orang tua perlu waspada.

Ketika orangtua mampu untuk membangun komunikasi dan skill kepemimpinan anak (kemampuan mengendalikan diri, memilah dan memilih, mengambil keputusan dan bertanggungjawab pada pilihan) ketergantungan pada gadget bisa dihindari atau dikurangi. Pahami bahwa gadget bukan benda pintar yang mampu menjaga anak tetap aman dan tenang.  Cerdas berteknologi anak dimulai dengan cerdas berteknologi pada orangtua.

Penulis
Yova Tri Yolanda
Mahasiswi Magister Profesi Psikologi Klinis UGM
Anggota Aktif FLP Jogja

Leave a comment