Kafe Buku: Wadah Baru Bookaholic

kafe buku

Judul Buku: My Hobby My Business: Kafe Buku

Penulis: Gunawan Ardiyanto

Penerbit: Metagraf Tiga Serangkai

Tahun Terbit: 2014

Cetakan: I

Tebal: 144 halaman

Sering kali kita tidak menyadari bahwa apa yang sering kita lakukan sebagai hobi memiliki potensi manfaat dan keuntungan yang luar biasa. Baik secara ekonomi maupun sosial, bagi diri sendiri maupun orang lain.

Jika kita jeli, kegiatan yang lebih berbau rekreasi dan hiburan, yang membuat kita enjoy dan rileks, dan yang kita anggap sebagai kegiatan sampingan tersebut bisa kita sulap menjadi sebuah lahan bisnis yang sangat menjanjikan dan mendatangkan keuntungan berlipat.

Dalam My Hobby My Business: Kafe Buku, kafe buku menjadi salah satu lahan bisnis yang diangkat dari keberadaan hobi. Beberapa usaha kafe buku yang marak tumbuh di kawasan kota besar dan kecil dan menjadi idola baru saat ini kami sorot dalam buku ini. Usaha tersebut menjadi bagian gambaran dalam buku yang berkonsentrasi pada bisnis berbasis hobi ini, selain telaah dari sisi pembuatan konsep, analisis dan perencanaan bisnis, serta strategi marketing dan strategi dalam menghadapi kompetitor.

Buku ini lebih banyak menjabarkan teori marketing dan aplikasinya pada usaha kafe atau toko buku. Di bagian awal, penulis banyak memotivasi pembaca mengenai potensi-potensi hobi menjadi lahan bisnis. Dalam hal ini hobi menulis dan membaca menjadi potensi yang sangat strategis.

Hobi membaca bisa menjadi bisnis? Benar, bermula dari kegemaran membaca, kita bisa mengembangkan kegiatan lain yang memberikan nilai lebih, yakni menulis. (Halaman 13)

Penulis menjadikan hobi membaca dan menulis sebagai titik tolak pendirian bisnis kafe buku yang menarik. Selain itu, gemar berinteraksi dengan banyak orang menjadi penting dalam memperkaya wawasan dan sudut pandang.

Hobi menulis dan membaca dapat diakomodir dalam sebuah tempat. Misalnya toko buku. Dari toko buku bisa dikembangkan konsep yang makin luas untuk mefasilitasi para penggiat kegiatan membaca dan menulis dalam sebuah kafe buku. Selain itu, toko atau kafe buku dapat dikembangkan dari kafe atau resto yang dilengkapi dengan fasilitas perpustakaan atau tempat buku.

Kafe buku bisa dimanfaatkan sebagai acara bedah buku, kegiatan bersama komunitas pecinta buku, serta menjual buku-buku sesuai dengan pangsa pasar kafe atau resto tersebut.

Seorang penulis buku dapat menjadi pemilik kafe. Ia bisa memanfaatkan kafe sebagai sarana pelatihan penulisan dan kreativitas lain terkait perbukuan.

Buku ini memuat 11 Pedoman Memulai Bisnis: Keuntungan, Kemampuan teknis, Pangsa pasar, Bahan baku, Tenaga kerja, Modal, Resiko, Persaingan, Fasilitas usaha, Aspek masa depan, Aturan hukum. Prinsip ini relevan untuk semua jenis usaha.

Selain itu, terdapat 9 panduan agar bisnis menjadi lebih efisien, yaitu: menekan harga pokok, menentukan faktor-faktor yang harus diperhatikan, pembelian bahan baku, kerusakan dan penyelewengan, buku yang lebih murah, tenaga kerja yang tepat, semangat dan keinginan kerja, sistem pembagian kerja dan lokasi usaha.

Tahap-tahap membuat perencanaan bisnis: menentukan produk atau jasa, menentukan harga, pemilihan lokasi, rencana operasional, distribusi, komunikasi, koordinasi, kepercayaan dan  sistem.

Pada halaman 86 hingga 101, penulis memberikan simulasi lengkap mengenai rencana bisnis kafe buku. Bagi pembaca yang berniat membuat kafe buku, sebaiknya membaca detilnya sendiri sebagai gambaran memulai usaha.

Hal penting yang disampaikan di buku ini adalah mengenai strategi marketing; Menjadi yang pertama (Be the first), menjadi yang terbaik (be the best), atau menjadi berbeda (be different) dalam hal harga (price), produk (product), tempat (place), dan promosi (promotion).

Usaha kafe yang sudah menjamur tentunya memperlukan kemampuan menghadapi kompetitor. Nah, strateginya dijabarkan penulis di bagian akhir sebelum menutupnya dengan kisah sukses beberapa kafe buku, sebut saja English Kafe, Toko Buku Diskon Oemah Buku, Java Sushi dan Kelas Bisnis Yogyakarta, serta EDU Kafe di Klaten.

Secara umum buku ini cukup lengkap dan bisa menjadi acuan dalam memberikan gambaran usaha kafe buku. Namun, dalam hal penyajian banyak teori dan penjabaran yang kurang interaktif. Bahasa yang digunakan adalah bahasa formal, sedangkan menurut saya segmen pembaca buku ini adalah kaum muda yang lebih mudah memahami bahasa non formal.

Semoga setelah membaca buku ini, muncul kafe-kafe yang tidak hanya menjadi tempat wisata kuliner, tapi juga menjadi sarana edukatif yang bermanfaat. Happy reading!

 

Yonea Bakla

Apoteker yang suka kuliner

 

 

 

 

 

 

 

2 thoughts on “Kafe Buku: Wadah Baru Bookaholic

Leave a comment